Thursday 5 August 2010

DPR TOLAK FATWA HARAM PEMBOLOS

* Pengamat : Publikasikan Anggota DPR yang Sering Membolos
Jakarta (SIB)

Para Anggota DPR RI menolak penggunaan fatwa haram bagi para anggotanya yang membolos dan dinilai memakan gaji buta.
“Saya tak sarankan itu, ini institusi politik, berbeda, saya kira tidak perlu,” Kata Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Anggota DPR Fraksi PKS Al muzammil Yusuf mengatakan, fatwa belum diperlukan. “Saya kira saat ini ada cara yang lebih mudah, misalnya penggunaan mesin sidik jari, itukan masih bisa, murah lagi,” katanya.
Sekretaris Fraksi PPP di DPR, M Romahurmuziy mengatakan, fatwa tidak diperlukan karena tidak pada tempatnya.
“Inikan politik praktis, dan ini saya kira bisa diatasi, kalau ada fatwa harusnya bukan hanya institusi politik saja, tapi semuanya, kalau difatwa bisa semua yang bolos kena, tidak hanya para politisi, kan tidak pas juga,” katanya.
Sebelumnya Anggota DPR asal PKB Lili Wahid juga menolak adanya fatwa haram. “Kalau sampai fatwa-fatwa tidaklah, yang memboloskan juga sedikit, terus urgensinya juga harus dilihat. Tidak perlu fatwa-fatwa,” katanya.
Ia mengatakan, masalah membolos dalam rapat paripurna di DPR tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan menetapkan jadwal yang jelas jauh-jauh hari sebelumnya.
“Bagusnya jadwalnya tidak mendadak, misalnya hari Selasa untuk paripurna, jadi semua anggota DPR bisa tahu dan memastikan bahwa hari itu mereka datang, karena kalau tidak ya kadang kita sudah membuat janji jauh-jauh hari sebelumnya dengan mitra DPR, sebagai salah satu aktivitas sosial kita sebagai anggota DPR kan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Ma’ruf Amin mengatakan, pemberian fatwa haram bagi anggota DPR yang membolos rapat-rapat di lembaga tersebut sehingga dinilai memakan gaji buta dimungkinkan.
“Itu (fatwa haram) mungkin saja, itu bisa saja, kalau ada permintaan, sepanjang tidak masuk politik praktis, sepanjang menyangkut etika politik dalam rangka untuk kepentingan bangsa. Kalau politik praktis tidak bisa,” kata Ma’ruf Amin.
Sampai saat ini, masalah bolos para anggota DPR belum terselesaikan. Beberapa partai politik hanya memberikan peringatan agar anggotanya tidak membolos.
PENGAMAT: PUBLIKASIKAN ANGGOTA DPR YANG SERING MEMBOLOS
Pengamat Politik dari Universitas Negeri Padang, Eka Vidya Putra, memandang perlu mempublikasikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang sering membolos sekaligus menyebutkan nama yang bersangkutan dan fraksinya.
“Publikasi ini perlu agar bisa menjadi pembelajaran bagi anggota DPR bersangkutan, masyarakat, dan partai politik sendiri,” kata dosen Universitas Negeri Padang (UNP) itu ketika diminta tanggapannya di Padang, Sabtu.
Menurut Eka, partai politik harus memberikan sanksi tegas terhadap kadernya yang duduk di lembaga legislatif yang sering membolos. Hal ini—bisa dikatakan—oknum itu sudah membangkang perintah partai.
Dia menyayangkan ada pembelaan dari fraksi dan unsur pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terhadap wakil rakyat yang sering membolos itu.
Eka lantas mempertanyakan anggota dewan yang tidak mengikuti sidang paripurna, “Bagaimana mereka menjalankan fungsi secara maksimal untuk membela kepentingan rakyat yang telah memilihnya kalau jarang datang ke Gedung MPR/DPR?”
Padahal, kata dia, agenda wakil rakyat mendatangi konstituen di daerah-daerah pemilihannya untuk menyerap aspirasi masyarakat sudah terjadwal, yakni saat reses. “Jadi, tidak setiap saat mereka berada di tengah masyarakat,” katanya.
Pada kenyataan, kata dia, banyak anggota wakil rakyat yang masih kurang memahami tugas dan fungsinya.
Dengan kondisi seperti itu Dewan Kehormatan DPR harus menjalankan tugas dan fungsinya terkait dengan anggota legislatif yang sering membolos itu.
“Namun, banyak laporan anggota dewan yang membolos bukan munculnya dari dalam internal parlemen sehingga DK DPR tidak bisa melakukan tindakan tegas,” katanya.
Koreksi itu, menurut dia, seharusnya muncul dari lembaga parlemen (fraksi) dan partai politik sendiri.
Di lain pihak, dia memberi apresiasi sekretariat DPR yang telah berani mengungkap wakil rakyat yang membolos. (Ant/n)

No comments: