Berita: Sumatera Barat
Padang, Faceminang.com
- Fasilitas ruangan kerja pimpinan DPRD Padang semakin mewah. Ini
dibuktikan dialokasikannya anggaran pembelian karpet untuk ruangan DPRD
senilai Rp 150 juta dengan panjang karpet 75 meter. Per meter karpet
tersebut dianggarkan Rp 2 juta.
Anehnya, pimpinan DPRD mengaku hanya menerima fasilitas itu, dan tak mengetahui pengadaan pembelian karpet tersebut.
Dari
penelusuran Padang Ekspres, pada rencana kerja dan anggaran (RKA)
satuan kegiatan perangkat daerah (SKPD) Sekretariat DPRD 2011, tertera
program pelayanan administrasi perkantoran.
Pada mata anggaran
dengan nomenklatur belanja meja rapat untuk 1 paket Rp 30 juta,
pengadaan meja sidang ketua untuk 1 paket Rp 15 juta, pengadaan kursi ½
biro untuk ruang Ketua DPRD sebanyak 10 unit dengan nilai Rp 15 juta.
Pengadaan karpet tebal luxor untuk ruang pimpinan DPRD dengan volume
75 meter dengan harga satuan Rp 2 juta. Serta belanja pengadaan infokus
dan kelengkapan untuk ruang Ketua DPRD Rp 35 juta.
Wakil Ketua DPRD Afrizal membenarkan adanya alokasi anggaran itu.
Namun,
ia mengaku tak tahu kapan pengadaan karpet tersebut dilakukan. “Tadi
saya masuk ruangan, sudah melihat ada karpet baru. Ternyata ruangan saya
sudah bagus sekarang. Memang ada alokasi dana untuk pembelian karpet,
tapi berapa besaran alokasinya saya kurang tahu. Tanya ke kuasa
pengguna anggaranlah,” katanya.
Anjuran PPTKSekretaris
DPRD Sastri Y Bakrie juga membenarkan adanya alokasi tersebut. Saat ia
melihat usulan pembelian karpet Rp 2 juta per meter persegi yang
diusulkan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), ia sempat
mempertanyakan.
Untuk menguji kebenaran informasi tersebut,
Sastri juga menyuruh stafnya yang lain untuk menanyakan nilai penjualan
karpet dengan jenis yang tertera di RKA.
”Saya awalnya juga
ragu, makanya saya minta staf yang lain untuk mengeceknya. Saat itu,
saya pesan ke staf untuk beli karpet dengan kualitas bagus. Setelah
dicek, memang untuk merek karpet dengan jenis itu, harganya segitu.
Kalau nanti PPTK berbohong ke saya, maka dia sendiri yang akan
mempertanggungjawabkan perbuatannya,” jelasnya.
Sastri menuturkan
diberikannya fasilitas itu, karena aturan protokoler memang memberikan
ruang bagi pimpinan DPRD. “Undang-Undang tentang Susunan Kedudukan MPR,
DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD kota/kabupaten serta tata tertib
memang memberi ruang untuk itu,” katanya.
Sastri mengatakan,
pengadaan karpet dilakukan dengan sistem penunjukan langsung. Ia mengaku
tak tahu persis siapa rekanan yang melakukan penunjukan langsung itu.
Karena yang menangani proyek pengadaan itu langsung PPTK.
“Pelaksana
kegiatan ini kan langsung ditangani PPTK. Cuma dari informasi PPTK ke
saya, nominalnya tak sampai Rp 2 juta/m2, tapi hanya Rp 1. 500.000/ m2,”
jelasnya.
Ketua DPRD Zulherman menyebutkan, dialokasikan
penganggaran pembelian meja, kursi dan infokus di ruangannya
dikarenakan fasilitas di ruang kerjanya tidak representatif. Sehingga,
saat dilakukan pembahasan, anggota DPRD harus datang bergantian untuk
bisa menemuinya.
“Ruangan sidang terbatas, untuk itu diperlukan
sarana memadai. Misalnya, ada tamu dari daerah lain yang datang
berkunjung ke Padang, kalau dibawa ke ruangan sidang sulit juga, makanya
dibutuhkan ruangan representatif. Apalagi kegiatan DPRD akhir-akhir
ini cukup padat,” katanya.
Politisi Partai Demokrat itu menilai
harga karpet tersebut masih tahap wajar. “Selama ini mana ada ruang
representatif dalam menerima tamu di DPRD,” katanya.
Salah
seorang penjual karpet Toko Bahagia di Jalan Hiligoo, Yen, 40,
menyebutkan, karpet dengan jenis Luxor atau platinum per meter
perseginya dijual Rp 2 juta. “Untuk karpet dengan dua jenis itu memang,
harganya segitu,” ungkap Yen.
Pengamat kebijakan publik dari UNP
Eka Vidya Putra berpendapat, pengalokasian pembelian fasilitas pimpinan
DPRD tak wajar. Pasalnya, jika berkaitan kegiatan atau program
masyarakat DPRD berdalih anggaran defisit, tapi untuk belanja rutin
uangnya ada.
“Selalu ada rasionalisasi anggaran untuk
kepentingan publik, tapi untuk alokasi anggota atau pimpinan DPRD selalu
ada dana. DPRDjangan memikirkan sesuatu yang berbau lux. Apa kata
rakyat. Selalu ada pemangkasan di bidang pendidikan, kesehatan dan
sektor lainnya dengan alasan dana terbatas,” jelasnya.
“Tapi
untuk fasilitas mewah tersebut tak ada kata defisit. Seyogianya anggota
DPRD lebih memberikan porsi anggaran untuk masyarakat dan bukan hanya
untuk mengakomodir kepentingan anggota DPRD. Dengan lolosnya alokasi
tersebut, menunjukan wakil rakyat tidak peduli dengan jeritan
rakyatnya,” ujar Eka.
Dia berharap DPRD mengurangi pembelian
barang sifatnya sekunder. DPRD harus memberikan porsi penganggaran untuk
masyarakat. “Ke depan DPRD harus lebih peka lah. Banyak saluran
drainase tersumbat mesti diperbaiki dan banyak jalan berlubang perlu
anggaran untuk diperbaiki. Harusnya ini yang jadi prioritas untuk
diperbaiki,” tukasnya.
padang ekspres